Semakin bertambah tahun, maka semakin bertambah pula
angka usia kita di bumi ini, dan tak menutup kemungkinan juga bahwa akan
semakin dekat pula kita pada hari dimana kita akan pergi meninggalkan tubuh kita.
Yah, itu sudah ditentukan, maka warnailah hidupmu... Well, selamat menginjak
tahun 2017 kalender masehi, para pembaca! Blog ini sudah berusia satu tahun
lamanya, aku harap semua orang selalu sehat dan bahagia....
Bicara soal usia, kali ini aku akan menceritakan hal
berbau cinta (ya, topik yang selama ini aku hindari karena usiaku saat itu
masih belasan tahun haha). Cerita cinta yang akan aku ceritakan agak terdengar
gila apabila para pembaca tak meyakini di dalam hati kalau sang pencipta itu
berada di dalam lubuk hati kalian. Namun, jika para pembaca yakin bahwa sang
pencipta itu ada di dalam hati kalian, mungkin kalian akan mengerti kisah
cintaku. Dan kisah ini akan lebih tergambar jika kalian telah membaca postinganku yg berjudul, "Love in My Heart". Baiklah, aku ingin berbagi kisah soal cinta dalam hidupku. Aku juga
akan sedikit menceritakan isi hatiku sebelum usiaku memijak 20 tahun, dengan
begitu aku pun akan sedikit menggambarkan perbedaan antara cinta dan cinta
asmara, cinta sejati dan cinta sejati dari sang pencipta menurut pengalamanku
sendiri yang belum tentu sama dengan para pembaca. Ya, ada empat golongan
cinta, yaitu Cinta Biasa(Cinta), Cinta Asmara, Cinta Sejati dan Cinta Sejati
Dari Sang Pencipta. Bisa dikatakan, kisah yang akan aku ceritakan mungkin akan
memiliki alur yang mundur. Okay, check this out.....
Saat usiaku belasan tahun yakni 18 tahun, aku meyakini
bahwa sang pencipta itu sendiri adalah cinta sejati, Ia berada tepat di dalam
hati kita sendiri dan akan menciptakan sebuah cinta yang murni ke dalam hati
kita. (mungkin terdengar gila, tapi aku memang meyakini hal itu. Ya,
sebenarnya... sebelum usiaku 18 tahun aku tak menyadari keberadaan sang pencipta
itu di dalam hati ini, aku cuma yakin kalau Dia ada diatas, lalu kata hatiku
ini malah kuanggap sebagai indra keenam haha..) ya, aku sangat percaya
keberadaannya di dalam hati, dan aku merasakan cinta yang terasa nyata.
“Cinta sejati adalah cinta yang diberikan oleh sang pencipta sebagai anugrah
yang murni ke dalam hati seorang manusia, dan anugrah itu dapat membuat dirimu
semakin merasakan jiwamu sendiri dan pencipta (Rena Sylvia)" Begitulah kata-kata
yang sering aku ucapkan di dalam hatiku yang kusebut sebagai cinta sejati dari
sang pencipta. Oke... sebelumnya, aku ingin menceritakan terlebih dahulu soal
kisah cinta pertamaku.
Ketika umurku belasan tahun, tepatnya kelas 1 SMA, aku
menemukan cinta pertamaku.(maksudnya benar-benar seorang kekasih, bukan hasil
usil-usilan teman yang sibuk bilang, “ciee’’ atau apa.) Awalnya, dia adalah
seorang teman yang baik hati, ia selalu bercerita kepadaku tentang berbagai hal
lewat pesan teks dan akhirnya aku menganggapnya sebagai seorang sahabat. Ia
menyukaiku, lalu ia ingin aku menjadi kekasihnya. Aku pun ingin sekali mempunyai
seorang kekasih seperti teman-temanku, maka aku menerimanya. Saat itu pula aku
tak memperdulikan kekayaannya, aku tak memperdulikan kebiasaannya, dan aku juga
tak memperdulikan kemalasannya dalam membaca. Aku menganggapnya sebagai teman
hidupku, kami banyak menceritakan pengalaman hidup. Kami semakin hari semakin
akrab, saling menceritakan masa kecil, dan juga untuk pertama kalinya aku naik
motor seorang laki-laki lalu bercerita disepanjang jalan (waduh, kalo
diingat-ingat salut juga dengan tenggorokanku yang tak haus-haus bercerita
terus menerus tanpa henti, sedangkan dia hanya menyimak sambil melajukan
motornya wkwk). Aku menyukainya, dia selalu sabar menungguku jika aku ada
urusan atau aku sedang sakit. Kemudian suatu hari, di suatu ketika, tepatnya
malam hari aku tiba-tiba terbangun dari tidurku (wah, horor lho ^^) lalu,
hatiku tiba-tiba berkata kepada diriku sendiri, (beneran! Kayak ditegur orang
dari dalam hati gitu) ia berkata bahwa ada yang salah dalam pilihanku, teguran
itu seolah-olah menerangkan bahwa aku tidak boleh memiliki kekasih, teguran itu
juga seolah-olah berkata bahwa tawaku dan perasaan suka yang kurasakan itu
menyayat hatiNya.... entah itu mungkin suara hatiku sendiri atau apa, aku tak
mengerti teguran apa itu dan aku juga tak tahu itu apa (maklum, masih kelas 1
SMA). Kemudian, esok harinya aku menuruti teguran aneh itu. Aku memutuskan
hubunganku dengan dia saat itu dengan alasan kalau orang tuaku tidak
memperbolehkanku memiliki kekasih (dipikir-pikir sekarang, itu alasan yang
cukup bodoh haha)... ya, bodoh! Karena ternyata saat itu dia menyimpan nomor
ibuku, kemudian ia pun mengirimi ibuku pesan teks untuk meminta maaf karena dia
tak izin lagi untuk menjadikanku kekasih. (bah! Ini namanya senjata makan
tuan), gara-gara alasan konyolku itu, ibuku jadi benar-benar tahu bahwa aku
sudah memiliki kekasih. Lalu, ia tak ingin putus dariku, dia bilang kalau aku
ini orang yang baik hati dan selama ini dia selalu disakiti oleh perempuan.
Hanya aku orang yang berhati baik yang ia temui saat itu. Well, aku tak tega,
sehingga aku melanjutkan kembali hubunganku dengannya. Akan tetapi, lagi-lagi hatiku
menolak, aku tidak ingin disebut memiliki kekasih entah kenapa, aku merasa ada
sesuatu yang mengganjal di dalam hati sehingga aku tetap menjalani hubungan
dengannya dengan keganjalan hati, seolah-olah hatiku ini memiliki kepribadian
lain. Satu sisi aku bahagia bersamanya, satu sisi aku seolah-olah tak
mengenalnya, satu sisi lain di pertengahan malam aku seakan-akan sering
dibisikkan kata-kata bahwa aku tak boleh memiliki kekasih.
Waktu berlalu, aku yang semula peringkat 1 akhirnya
menjadi peringkat 6, kemudian masuk ke dalam kelas Science. (peringkatku
menurun karena aku tak punya waktu lagi untuk membaca, aku hanya asyik memegang
ponselku berbicara dengan kekasihku. Yah, aku memaafkan diriku yg saat itu
sekarang, toh umurnya memang masih labil haha..) Aku tetap bersama dia, dan
entah kenapa semakin lama aku bersamanya, aku merasa jiwaku jauh dari hatiku
sendiri. Hatiku terasa seperti jauh, terasa menjauhiku! (sekarang aku tahu itu
apa, itu karena aku tak leluasa saat bersamanya, tak bisa menjadi diri
sendiri..) Kemudian aku menceritakan hal itu kepadanya....... Nah ! Sejak
itulah pintu lain terbuka di dalam otakku. Sejak itu juga, aku melihat
sikapnya, melihat jawaban-jawabannya, dan aku pun menyadari bahwa kekasih
pertamaku ini bukanlah kunci hatiku. Ini hanyalah cinta asmara...... “cinta
asmara adalah cinta yang ada dari sebuah pasangan yang bersatu, namun terasa tak
saling kenal dari dasar hati. Maksudnya, ia secara naluri tak paham struktur
hati pasangannya, hanya mencintai dirinya namun tidak mengenal jiwanya. Sehingga
di dalam hubungan itu, akan terjadi ketidaknyambungan yang amat parah. Ibarat
dalam puzzle, dia bukanlah bagian yang hilang itu (Rena Sylvia)” Meski aku memiliki dia, terkadang aku masih merasa seorang diri
karena aku tak bisa meluapkan isi hatiku kepadanya, bahkan membicarakan
impianku yang sesungguhnya kepadanya. Hal itu terjadi karena dia sama sekali
tak mengenal isi hatiku. Tak ada kesempatanku untuk menjadi diri sendiri, dia
seolah-olah tak perduli dengan apa yang aku rasakan. Aku sangat bahagia ketika
aku berkarya, ketika aku membaca buku, ketika aku bermain game, dan ketika
berpikir untuk menciptakan sebuah buku. Akan tetapi, bersamanya aku merasa jauh
dari semua itu. Aku selalu menangis di dalam hati, karena dia sulit sekali
memahamiku, selain itu aku juga tak tega menyakitinya. Namun terkadang
ucapan-ucapannya juga tanpa ia sadari melukai hatiku, mengecilkan hatiku sampai
aku berpikir bahwa aku hanya orang bodoh yang memiliki impian bodoh. Kemudian aku
merasakan kebencian di dalam hatiku terhadap sosialisasi, aku berbicara dengan
semua orang, namun orang tak tahu bahwa di dalam hatiku saat itu penuh dengan
kebencian terhadap manusia. Aku merasa kalau semua orang di bumi ini egois,
suka menyudutkan orang, dan sering memandang orang sebelah mata (saat itu,
bukan sekarang ya hahaha). Kemudian, suatu ketika aku bertemu dengan seseorang,
entah aku merasa seolah-olah pernah mengenalnya. Disaat aku melihat orang itu,
aku merasa seperti sudah lama tak melihatnya lagi (padahal itu pertama kali aku
melihatnya). Hatiku yang kurasa sudah jauh dari jiwaku sendiri pun seakan-akan
terasa dekat denganku ketika aku melihat orang itu. “Yeah, I felt like I’m home
again”.... Namun saat itu aku tak memperdulikannya. Aku tetap merasa semua orang
disekitarku akan menusukku (dasar gila haha), sampai akhirnya aku naik ke kelas
tiga.
Namun ketika aku kelas 3 SMA, aku bertemu dengan teman-teman yang baik hati, meski awalnya aku ragu akan kebaikan mereka.... ada orang yang percaya dengan kemampuanku dan membuka pintu baru di dalam otakku. (saat itulah terbuka pintu kepribadian, aku pun membunuh alter egoku sendiri yang lagi-lagi terjadi dipertengahan malam.. ya, ceritanya perang dengan pikiran sendiri hahaha.. tapi jangan salah, disini aku menulisnya sederhana, akan tetapi saat itu tidaklah mudah untuk bebas dari alter ego). Dengan kebaikan mereka aku merasakan cinta, mungkin hal itu terjadi karena alter ego ku sudah menghilang. “Cinta itu adalah suatu perasaan perduli yang terasa seperti sebuah ikatan yang terjadi dari dalam hati manusia terhadap manusia lain, seperti perasaan seorang ibu terhadap anaknya. Cinta biasanya ada di dalam hubungan keluarga yang harmonis, persahabatan, pertemanan, memelihara hewan, lingkungan hidup, bahkan ketika berkomunikasi dengan sang pencipta (Rena Sylvia)” (Tidak menutup kemungkinan, pasangan menikah banyak mengandung perasaan cinta yang ini, karena perasaan ini memang tulus..) lalu, aku sadar kalau saat itu perasaanku kepada dia adalah cinta asmara yang juga mengandung cinta, karena itu aku perduli padanya. Meskipun begitu, entah mengapa hatiku tetap berkata bahwa dia bukan orang yang aku butuhkan, karena jika bersamanya aku tak merasa benar-benar hidup.
Ketika usiaku memijak 18 tahun, aku menyadari bahwa
cinta sejati itu adalah sang pencipta yang kehadirannya ada di dalam hati
manusia itu sendiri. Hatiku yang kupikir dapat berbicara sendiri, atau semacam
indra keenam itu ternyata adalah bentuk cinta sejati sang pencipta. Sejak
mengalami bullying waktu sekolah dasar, aku terbiasa terpojok sendirian
bertahun-tahun seperti seorang “loser”. Aku hanya menganggap kalau hatiku
adalah sahabatku, dan sang pencipta adalah saksi hidupku. Akibat anggapan itulah,
aku dapat meyakini bahwa, “sang pencipta adalah cinta sejati manusia
yang letaknya ada di dalam lubuk hati manusia itu sendiri (Rena Sylvia)" Well, aku
ingin melanjutkan cerita ini dengan topik cinta sejati dari sang pencipta.
Namun aku takut jika orang yang akan aku ceritakan disini akan membaca dan
menyadari hal itu.
Setelah menghadapi berbagai hal di hidupku, aku pun berhasil membuka pemikiran baru. Yeah, never mind... Lagi-lagi sang pencipta seolah-olah datang ke dalam hatiku, Dia-lah yang membuatku mampu iklas melawan kekecewaan itu. Dia-lah yang telah membuka pemikiran baruku untuk berpikir bahwa, “kehadiran seorang manusia di dalam hidup kita adalah sebuah takdir darinya yang dapat dijadikan kesempatan untuk kita dalam meraih pemikiran baru akan aspek-aspek kehidupan, tergantung kejelian mata hati (Rena Sylvia)” Setelah pemikiran itu terbuka dan kata-kata itu muncul di dalam pikiranku, aku menjalani hidup ini penuh dengan langkah yang pasti dan seolah-olah aku seolah-olah kembali seperti waktu aku bersahabat dengan hatiku sendiri seperti masa kecilku, bedanya, aku sudah mencintai manusia tepatnya teman-temanku, dan aku mempercayakan di dalam diri ini bahwa didalam hatiku ada cinta sejati dan cinta sejati itu adalah sang pencipta. “Ia adalah saksi hidup kita yang melihat segala sesuatu yang kita alami, pikirkan, dan niatkan di dalam diri ini sejak lahir hingga tiada nanti. Tak ada satu pun orang yang mengetahui kronologi hidup kita secara detail termasuk orang tuamu, kecuali sang pencipta. Maka, Ia-lah cinta sejati seorang manusia (Rena Sylvia)” Kemudian, hidupku semakin berwarna dan aku sangat menyukai ilmu pengetahuan tentang kehidupan....... Sampai saat suatu malam, ketika sekitarku benar-benar hening, aku tiba-tiba terbayang sosok seseorang. Ya, dirinya........."seorang teman lama" seolah-olah datang dipikiranku, dan secara tiba-tiba aku teringat berbagai hal tentangnya.
Yah, kejadian-kejadian berikut lah yang aku ingat,
akan aku ceritakan dimulai pada waktu di tengah malam sekitar tahun 2016 awal.
Saat itu aku juga pernah mengalami hal aneh, tiba-tiba terbayang sosok dirinya
di dalam mataku ketika aku terbangun kira-kira jam 2 pagi. Wajah temanku yg
sudah lama tak bertemu denganku, dan aku tak tahu kenapa aku terharu ketika
mengingatnya saat itu. Kemudian,
kejadian yang lain, ketika aku memutar kembali ingatanku tentang orang itu, aku
mengingat bahwa memang selama ini dia memiliki aura yang jika aku berada di
dekatnya, aku merasa tenang... bahkan saat pertama kali aku bertemu dengannya,
aku merasa seperti sudah lama mengenalnya. Lalu, aku mengingat kejadian setelah
kakiku patah, saat itu aku merasa seperti akan segera meninggalkan bumi ini, maka
setelah lumayan sembuh aku langsung bergerak secepatnya untuk merealisasikan
impianku dan menemukan beberapa orang yang mau menjadi rekanku.
“Perasaan itu datang secara tiba-tiba dan tanpa alasan yang jelas, namun terasa sangat jelas untuk dirasakan. Dan ketika dirasakan, kau akan merasakan dengan sangat jelas kehadiran sang pencipta di dalam hatimu yang akan membuat matamu terbuka akan kehidupan di bumi ini (Rena Sylvia)” (haaa, sulit menjelaskannya.. maafkan aku para pembaca).
“Perasaan itu datang secara tiba-tiba dan tanpa alasan yang jelas, namun terasa sangat jelas untuk dirasakan. Dan ketika dirasakan, kau akan merasakan dengan sangat jelas kehadiran sang pencipta di dalam hatimu yang akan membuat matamu terbuka akan kehidupan di bumi ini (Rena Sylvia)” (haaa, sulit menjelaskannya.. maafkan aku para pembaca).
Sebuah anugrah dari cinta sejati yang berupa sebuah
cinta sejati juga. Tidak perlu berharap untuk memiliki, karena yang perlu
dilakukan adalah menjaga kemurnian cinta anugrah itu. Aku juga tak tahu, apakah
cinta anugrah ini akan terus aku rasakan padanya atau mungkin ada batas takdir
yang ditentukan oleh sang pencipta. Aku tak ingin memikirkannya, ataupun
berkata pada orang bahwa aku mencintainya karena aku takut akan mengotori
kemurnian cinta ini. Cukup merasakan di dalam hati bahwa dia ada di dalam hati,
dan menjaganya.
Aku manusia, walaupun aku
tahu ini cinta anugrah...aku tetap merasa sedih apabila ia menjauhiku, entah
kenapa. Aku hanya menyerahkan semuanya kepada cinta sejati, sang pencipta. Bahkan
saat ini orang tuaku sibuk berusaha untuk menjodohkanku dengan anak temannya
karena mereka melihat pergaulanku yang sedikit dengan laki-laki dan sampai
sekarang belum dekat dengan siapapun, yah......aku lebih percaya dengan takdir
sang pencipta dan menjaga hatiku, menjaga cinta anugrahNya.